Jakarta – Upaya serius pemerintah Indonesia untuk menjadikan Tanah Air sebagai pemasok utama kebutuhan pangan jemaah Haji dan Umrah kian dimatangkan. Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M Panggabean, pada hari Rabu (03/12/2025) menghadiri Rapat Koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) Ekosistem Pangan Haji dan Umrah di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan.

Rapat koordinasi ini melibatkan Barantin bersama Kemenko Bidang Pangan, Kementerian Haji dan Umrah, serta seluruh instansi terkait lainnya. Tujuannya memastikan pasokan produk-produk, terutama makanan, untuk jutaan jemaah Haji dan Umroh bisa disuplai langsung dari Indonesia. Langkah ini digagas untuk mengoptimalkan potensi ekonomi besar dari perhelatan ibadah tahunan tersebut.

Sahat memaparkan data detail terkait pergerakan lalu lintas hewan, ikan, tumbuhan, dan produk turunannya dari dan ke Arab Saudi sepanjang tahun 2025. Paparan data ini menjadi landasan dalam menyiapkan strategi pengawasan. Sahat dengan tegas menyatakan bahwa Barantin akan mendukung penuh rencana suplai bahan pangan ini. Dukungan tersebut dilakukan dengan memastikan biosekuriti prima terhadap seluruh komoditas yang akan diekspor. Ini krusial untuk menjamin komoditas pangan Indonesia bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) sebelum dikirim ke Arab Saudi.

Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), membeberkan angka dari potensi pasar ini. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi ekonomi hingga Rp 60 triliun hanya dari kebutuhan makanan jemaah Haji dan Umrah. “Kita ada 221.000 jamaah Haji, kemudian ada 1,7 (juta) jamaah Umroh. Itu nilainya bisa 60 triliun rupiah untuk makanan saja. Dan sebagian besar saat ini masih disuplai oleh negara lain,” jelas Zulhas. Untuk memaksimalkan potensi ini, pemerintah telah membentuk Pokja Haji dan Umrah dengan fokus utama dalam waktu singkat ini adalah masalah suplai makanan bagi jemaah.

Senada dengan itu, Menteri Haji dan Umrah, Mochamad Irfan Yusuf, menegaskan bahwa upaya ini adalah wujud nyata agar rakyat Indonesia tidak hanya berperan sebagai konsumen dalam penyelenggaraan ibadah. "Upaya ini dilakukan agar rakyat Indonesia tidak hanya menjadi konsumen dalam penyelenggaraan ibadah, tetapi juga menjadi produsen yang mendapat keuntungan langsung dari besarnya perputaran tersebut," ujarnya. Dengan mensuplai kebutuhan sendiri, manfaat ekonomi dari ibadah haji dan umrah bisa kembali ke produsen dalam negeri.

Barantin siap memastikan setiap produk pangan, baik itu hasil hewan, ikan, maupun tumbuhan, yang berangkat dari Indonesia memenuhi standar kesehatan dan keamanan internasional, sesuai dengan persyaratan Saudi Food and Drug Authority. Biosekuriti bukan sekadar prosedur, melainkan jaminan mutu bahwa pangan yang disantap jemaah kita adalah produk unggulan yang aman, sehat, dan bebas risiko penyakit.

Koordinasi Ekosistem Pangan Haji dan Umrah, Barantin Siap Pastikan Biosekuriti Pangan Jemaah