Jakarta, 8 Mei 2025 – Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean, menegaskan bahwa sistem cold chain atau rantai dingin memainkan peran penting dalam menjaga keamanan dan mutu produk pangan, terutama bagi komoditas mudah rusak seperti ikan, daging, dan pangan segar. "Kita tidak bisa membiarkan komoditas bernilai tinggi ini kehilangan kualitasnya hanya karena kendala logistik," ujar Sahat dalam sambutannya pada acara Indonesia Cold Chain Expo yang berlangsung di JI Expo Kemayoran, Jakarta.
Dalam konteks pengawasan karantina, Barantin memiliki mandat yang jelas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan serta Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2023. Regulasi ini menegaskan perlunya perlindungan terhadap masuknya hama penyakit, produk pangan dan pakan yang tidak memenuhi standar, serta organisme yang berpotensi mengganggu kelestarian lingkungan.
Rantai dingin merupakan sistem logistik yang memastikan suhu produk tetap terjaga sejak penyimpanan, pengangkutan, hingga tiba di tangan konsumen. Sistem ini sangat penting bagi produk seperti ikan, daging, dan buah-buahan, yang rentan mengalami penurunan mutu jika suhu tidak terkendali. "Kualitas pangan bukan hanya soal kesegaran, tetapi juga soal keamanan bagi konsumen," tegas Sahat.
Kegagalan dalam menjaga suhu optimal selama pengangkutan atau penyimpanan dapat berdampak langsung pada mutu dan kelayakan produk. Oleh karena itu, penguatan rantai dingin menjadi bagian integral dari strategi karantina yang diterapkan Barantin untuk mendukung keamanan pangan nasional dan daya saing ekspor Indonesia di pasar global.
Sertifikasi karantina yang diberikan oleh Barantin tidak hanya memastikan bahwa suatu produk bebas dari penyakit saat dikirim, tetapi juga menjamin bahwa produk dikemas dengan baik, memiliki isolasi termal yang memadai, serta memenuhi standar sanitasi selama proses transportasi. "Kita harus memastikan produk sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang terjamin mutunya," ujar Sahat.
Salah satu tantangan utama dalam ekspor komoditas mudah rusak Indonesia adalah terbatasnya jumlah kontainer pendingin ekspor yang memungkinkan pengiriman langsung dari sentra produksi di wilayah Indonesia timur ke negara tujuan. Transit yang memerlukan pergantian kontainer memiliki risiko tinggi terhadap penurunan kualitas produk akibat perubahan suhu yang tidak terkendali.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Barantin saat ini tengah mengembangkan Instalasi Karantina di Surabaya. Fasilitas ini diharapkan menjadi pusat fasilitasi ekspor dan impor, khususnya untuk produk mudah rusak. Dengan dukungan infrastruktur berupa gudang berpendingin dan kontainer pendingin yang memadai, instalasi ini akan berperan dalam memastikan stabilitas mutu produk selama distribusi menuju pasar internasional.
Kepala Barantin juga menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan industri logistik dalam mengembangkan ekosistem rantai dingin yang lebih kuat. Dalam hal ini, Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) diharapkan dapat terus meningkatkan kontribusinya dalam penyediaan infrastruktur logistik yang menunjang kelancaran ekspor produk Indonesia. "Keberhasilan ekspor tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk, tetapi juga oleh sistem distribusi yang mendukungnya," katanya.
Lebih jauh, Barantin berkomitmen untuk terus memperkuat pengawasan terhadap standar keamanan dan mutu produk pangan yang masuk dan keluar dari Indonesia. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi konsumen di dalam negeri, tetapi juga untuk menjaga reputasi Indonesia sebagai negara pengekspor komoditas pangan berkualitas tinggi.
Acara Indonesia Cold Chain Expo menjadi platform yang sangat penting dalam mendorong kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, asosiasi profesi, hingga sektor akademik. Kepala Barantin menyampaikan apresiasi kepada PPLI sebagai penyelenggara expo yang telah menghadirkan forum strategis bagi penguatan industri logistik rantai dingin di Indonesia.
Dukungan regulasi yang inovatif dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan semakin banyak peluang terbuka bagi ekspor produk pangan nasional yang sehat dan bermutu.
Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam meningkatkan daya saing perdagangan internasional, penguatan sistem rantai dingin juga menjadi bagian dari strategi pembangunan ekonomi nasional. Infrastruktur yang mumpuni dalam distribusi berpendingin tidak hanya meningkatkan efisiensi logistik, tetapi juga mendukung keberlanjutan industri pangan yang lebih sehat dan kompetitif.
Melalui upaya bersama ini, Indonesia dapat mengoptimalkan potensinya dalam industri rantai dingin, menciptakan ekosistem logistik yang lebih efisien, serta memperkuat posisinya dalam perdagangan internasional produk pangan yang berkualitas tinggi.
Turut hadir mendampingi pada acara tersebut Sugeng Sudiarto, Direktur Manajemen Risiko Karantina Ikan Barantin dan Abdul Rahman, Direktur Tindakan Karantina Tumbuhan Barantin. (HH)