Jakarta, 23 Januari 2025 — Deputi Bidang Karantina Hewan Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sriyanto, membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang penguatan biosecurity dalam perdagangan online hewan dan produknya. Acara ini diselenggarakan oleh Badan Karantina Indonesia bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO).

Dalam pembukaannya, Sriyanto menegaskan pentingnya memperkuat biosecurity dalam perdagangan online untuk mencegah penyebaran penyakit hewan. "Perdagangan online yang semakin meningkat, kita harus memastikan bahwa ini tidak membawa risiko masuk dan tersebarnya penyakit, risiko bioterorisme dan ancaman lainnya. Kesehatan hewan adalah kunci keberhasilan kita dalam menjaga ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat," kata Sriyanto.

Acara ini diselenggarakan secara hybrid, dengan total 250 peserta yang hadir baik secara langsung maupun melalui platform online. FGD ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari pemerintah, sektor swasta, dan organisasi internasional. Salah satu yang hadir adalah Harimurti Nuradji, sebagai National Consultant FAO TCP/INS/3906. "Penguatan biosecurity adalah tugas bersama. FAO siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memberikan hasil terbaik," ujar Harimurti.

Kerja sama antara Barantin dan FAO telah menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan untuk memperkuat biosecurity. Sriyanto mengapresiasi dukungan FAO dalam upaya ini. "Kerja sama dengan FAO telah memberikan banyak manfaat, dan kami berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam meningkatkan biosecurity," tambahnya.

Sesi pertama diskusi berfokus pada Regulasi Perdagangan Online, dengan moderator Raden Nurcahyo. Narasumber dalam sesi ini termasuk Cicik Sukarsih, Direktur Tindakan Karantina Hewan Badan Karantina Indonesia; perwakilan dari Kementerian Perdagangan, Direktorat Layanan Perdagangan dan Sistem Elektronik; serta Direktorat Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Digital.

Sesi kedua membahas Perdagangan Online: Tantangan, Isu, dan Praktik, dengan moderator Sri Endah Ekandari. Presentasi dalam sesi ini melibatkan UPT KHIT dan perwakilan dari berbagai kementerian, lembaga, dan instansi terkait.

Harimurti Nuradji juga menekankan pentingnya melakukan sosialisasi mengenai biosecurity kepada masyarakat luas. "Sosialisasi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga biosecurity," ujar Harimurti. Acara ini menjadi platform penting untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang inovasi dan teknologi untuk memantau dan mengendalikan risiko biosecurity.

Peserta FGD juga mendiskusikan berbagai inovasi dan teknologi yang dapat digunakan untuk memantau dan mengendalikan risiko biosecurity. Ini termasuk penggunaan sistem informasi digital yang dapat melacak pergerakan hewan dan produk-produk hewan secara real-time.

Sriyanto berharap bahwa hasil FGD ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan yang lebih efektif dan strategi pelaksanaan yang lebih baik. "Kami akan terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan koordinasi dalam menangani isu-isu biosecurity," ujarnya.

Acara ini menjadi platform penting untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta untuk membangun komitmen bersama dalam menjaga kesehatan hewan dan masyarakat. Partisipasi berbagai pihak dalam FGD ini menunjukkan keseriusan dan kepedulian terhadap isu biosecurity dalam perdagangan online.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, diharapkan bahwa langkah-langkah yang dihasilkan dari FGD ini dapat membawa perubahan positif dan signifikan dalam penguatan biosecurity di Indonesia.

Turut hadir pada FGD kali ini, Direktur Standar Karantina Hewan Barantin, Wisnu Wasisa P; Direktur Manajemen Risiko Karantina Hewan Barantin, Anes Doni K; Kepala BBKHIT DKI Jakarta, Amir Hasanuddin; serta perwakilan dari Kementerian Kehutanan, BPOM, BAPPENAS, Dittipidsiber Bareskrim Polri, PT. Pos Indonesia, PAPKINDO, dan ASPERINDO.

Deputi Bidang Karantina Hewan Barantin Membuka FGD