Badan Karantina Indonesia (Barantin) diinisiasi oleh Deputi Bidang Karantina Hewan menggelar Temu Koordinasi Nasional Instalasi Karantina pada 18–19 September 2025 di Depok. Acara ini mengusung tema “Sinergitas Pengembangan Instalasi Karantina yang Modern dalam Mendukung Swasembada Pangan Nasional” dan dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean. (Depok, 18 September 2025)

Dalam sambutannya, Sahat menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki makna strategis dalam memperkuat sistem penyelenggaraan perkarantinaan hewan, ikan, dan tumbuhan di Indonesia. Forum ini dirancang sebagai wadah diskusi dan pembahasan untuk mendorong pengembangan instalasi karantina, termasuk sarana pendukung lain seperti laboratorium yang berperan vital dalam menjaga keamanan hayati.
“Pertemuan ini bukan sekadar agenda rutin, tetapi momen penting untuk memperkuat kolaborasi, menyelaraskan visi, dan membangun sinergi yang lebih erat di antara seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.

Sahat menegaskan bahwa di tengah dinamika global yang terus berubah, peran Barantin semakin krusial. Barantin tidak hanya bertugas menjaga batas negara dari ancaman hama dan penyakit, tetapi juga memastikan ketahanan pangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menekankan bahwa keberhasilan mewujudkan tujuan pembangunan nasional tidak bisa dicapai oleh satu lembaga saja.
“Kolaborasi menjadi kunci utama. Untuk itu, sinergi antara Barantin, Kementerian Koordinator Bidang Pangan, dan Bappenas perlu terus diperkuat dan diperluas,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sahat juga meluruskan persepsi keliru yang kerap melekat pada perkarantinaan. Menurutnya, karantina sering kali dipandang sebagai hambatan dalam arus logistik perdagangan.
“Pandangan ini harus kita ubah bersama. Karantina bukanlah penghalang, melainkan garda terdepan yang memastikan keamanan. Tugas kami adalah menjaga agar perdagangan tetap aman dan lancar tanpa mengabaikan aspek keamanan hayati,” jelasnya.

Sebagai bentuk komitmen, Barantin berupaya menyusun regulasi yang lebih selaras, transparan, dan mudah diimplementasikan sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi pelaku usaha. Dengan aturan yang jelas, harmonis, dan konsisten, kegiatan impor-ekspor diharapkan dapat berjalan lancar sekaligus memberikan perlindungan maksimal bagi sektor pangan nasional.

Selain regulasi, Sahat menekankan pentingnya dukungan infrastruktur dan sumber daya manusia yang mumpuni. Ia menyebut bahwa keberhasilan karantina sangat bergantung pada kualitas fasilitas, terutama laboratorium modern dan instalasi karantina yang memadai di berbagai titik strategis.
“Kami sangat berharap Bappenas dapat memberikan dukungan penuh dalam proses modernisasi fasilitas karantina, baik di pelabuhan laut, bandara, maupun pos lintas batas. Dengan sistem deteksi dan respons yang cepat, diagnosis hama dan penyakit dapat dilakukan secara tepat sehingga potensi kerugian ekonomi dapat dicegah sejak dini,” tambahnya.

Acara ini turut dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Pangan; Deputi Bidang Pangan, Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas pejabat tinggi pratama dan madya lingkup Barantin; serta Kepala UPT Barantin dari seluruh Indonesia. Kehadiran lintas sektor tersebut menunjukkan semangat bersama untuk membangun sistem perkarantinaan nasional yang lebih kuat, modern, dan adaptif terhadap tantangan global.

Di penghujung sambutannya, Sahat menyampaikan keyakinannya bahwa temu koordinasi ini akan menjadi tonggak awal sinergi yang lebih erat antar-lembaga. “Dengan kerja sama yang solid, kita dapat membangun ekosistem perkarantinaan yang lebih efisien, berdaya saing, dan berkontribusi nyata terhadap swasembada pangan nasional. Mari kita jadikan momentum ini sebagai langkah bersama menuju Indonesia yang makmur dan berdaulat,” pungkasnya.

Barantin Gelar Temu Koordinasi Nasional