Bandung - Badan Karantina Indonesia (Barantin) mendorong percepatan proses ekspor mangga gedong gincu ke Jepang, yang saat ini telah memasuki tahap ke-8 dari 11 tahapan negosiasi akses pasar. Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Bambang, menyampaikan bahwa ekspor ini bukan hanya soal perdagangan komoditas, tetapi merupakan peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan petani di daerah.

“Sudah 17 tahun kita upayakan akses pasar ini. Jangan sampai kerja keras kita gagal karena kurang kesiapan di tahap akhir. Jepang sudah siap audit kapan saja,” tegas Bambang dalam rapat koordinasi bersama pemangku kepentingan di Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/6). Hadir dari instansi lain, yakni Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, Kuningan, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon.

Saat ini tercatat 763 kebun mangga telah teregistrasi, dan terdapat empat calon eksportir yaitu PT Mega Komoditi, Pajajaran Indah Prima, Sumber Buah, dan PT Buah Angkasa. Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Indramayu, dan Kuningan diminta segera membangun minimal satu Collecting House (CH) di wilayah masing-masing. Data CH beserta kebun mitra harus disampaikan paling lambat akhir Juni 2025 ke Barantin, sebagai dasar pelaporan kepada tim auditor dari Kementerian Pertanian Jepang (MAFF).

Jepang Minta Mangga Gedong Gincu Bebas Residu

Salah satu persyaratan utama ekspor ke Jepang adalah larangan penggunaan pestisida kimia, karena Jepang sangat ketat terhadap residu bahan kimia. Bambang menegaskan bahwa petani harus segera menghentikan penggunaan pestisida dan membersihkan serta memusnahkan seluruh sisa kemasan pestisida dari kebun. Seluruh kebun dan CH juga harus didampingi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) khusus, dan setiap kabupaten wajib menunjuk penanggung jawab untuk registrasi kebun, CH, dan rumah kemas (packing house).

“Kita fokus dulu pada kualitas, bukan volume. Kalau sudah lolos standar Jepang, maka pasar negara lain akan lebih mudah ditembus. Barantin punya tanggung jawab moral untuk memastikan ekspor ini berhasil,” tegas Bambang.

Sementara itu, Direktur Standar Karantina Tumbuhan, A.M. Adnan, menambahkan bahwa diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (FGD) dan simulasi audit akan diselenggarakan oleh Barantin pada akhir Juni atau awal Juli 2025 yang rencananya akan dihadiri oleh Kepala Barantin, Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan Nasional, dan Gubernur Jawa Barat. Sementara pelaksanaan audit lapang direncanakan pada Agustus 2025, bersamaan dengan awal musim panen raya.

“Audit lapang akan dilakukan langsung di kebun dan rumah kemas. Oleh karena itu, semua pihak harus siap sejak sekarang,” ujar Adnan. Ia juga menegaskan bahwa syarat utama ekspor mangga gedong ke Jepang adalah mangga harus berasal dari Provinsi Jawa Barat dan kualitas buah harus sesuai preferensi pasar Jepang, termasuk tingkat kemanisan dan bebas residu.

Barantin menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, eksportir, dan petani. Keberhasilan ekspor mangga gedong gincu akan menjadi pintu pembuka bagi komoditas pertanian Indonesia lainnya ke pasar global, serta menjadi langkah nyata dalam program Go Ekspor Barantin untuk mendorong ekspor berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

Barantin Dorong Percepatan Ekspor Mangga Gedong Gincu ke Jepang