Jakarta, 22 April 2025 – Badan Karantina Indonesia secara resmi membuka pelatihan Australian Award in Indonesia (AAI) Short Course: Improving Indonesia’s Capacity to Regulate Irradiation Providers for Horticultural Exports. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas regulator Indonesia dalam menerapkan perlakuan iradiasi sebagai bagian dari karantina tumbuhan untuk mendukung ekspor produk hortikultura ke Australia dan negara maju lainnya.

Dalam sambutannya, Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean, menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Australia, khususnya melalui dukungan dari Department of Agriculture, Fisheries and Forestry (DAFF). Kemitraan erat yang telah terjalin selama ini menjadi pendorong utama bagi dinamika perdagangan bilateral yang saling menguntungkan bagi kedua negara.

Perlakuan iradiasi menjadi opsi utama dalam upaya mitigasi risiko penyebaran Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada buah-buahan tropis seperti mangga, salak, dan buah naga. Tantangan utama bagi ekspor buah segar Indonesia ke pasar internasional adalah keberadaan OPT seperti lalat buah, penggerek buah, dan kutu putih, yang menjadi syarat utama dalam standar karantina di negara-negara tujuan ekspor seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Korea Selatan.

Metode lain seperti penetapan Pest Free Area (PFA) masih menghadapi tantangan besar di Indonesia. Kompleksitas geografis dan keberagaman agronomis membuat penerapan PFA dalam skala luas sulit untuk direalisasikan. Oleh karena itu, penerapan perlakuan iradiasi menjadi solusi efektif dan dapat diimplementasikan dalam waktu yang lebih cepat untuk memenuhi persyaratan perdagangan internasional.

Pelatihan yang diselenggarakan melalui program AAI ini akan berlangsung dalam tiga tahap—pre-course di Jakarta, short course di Australia, dan post-course di Surabaya. Program ini dirancang untuk memastikan bahwa regulator Indonesia memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai perlakuan iradiasi, serta dapat mengimplementasikannya dengan baik sebagai standar karantina tumbuhan di Indonesia.

Keberhasilan penerapan iradiasi sebagai metode karantina tumbuhan tidak hanya bergantung pada kesiapan teknis, tetapi juga pada koordinasi dan sinergi antar lembaga terkait. Badan Karantina Indonesia menekankan pentingnya kolaborasi yang erat antara Kementerian Pertanian, BRIN, dan BAPETEN dalam memastikan kesiapan infrastruktur dan regulasi yang mendukung implementasi metode ini.

Dalam kesempatan tersebut, Dean Merrilees, Minister Counselor (Agriculture), DAFF Australia, menyampaikan bahwa Pemerintah Australia sangat mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dengan Indonesia dalam meningkatkan standar karantina tumbuhan. "Kami melihat potensi besar dalam penguatan kapasitas regulator Indonesia melalui pelatihan ini, yang tidak hanya mempercepat persiapan ekspor buah tropis ke Australia tetapi juga meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan pasar global terhadap produk hortikultura Indonesia," ungkapnya.

Sebagai bagian dari upaya jangka panjang, pelatihan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana peningkatan kapasitas, tetapi juga sebagai langkah strategis dalam memperkuat daya saing produk hortikultura Indonesia di pasar global. Dengan regulasi yang lebih kuat dan metode karantina tumbuhan yang lebih efektif, Indonesia dapat meningkatkan volume ekspor serta memastikan kualitas dan keamanan produk hortikultura yang dikirim ke luar negeri.

Menutup sambutannya, Sahat Manaor Panggabean mengapresiasi seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan pelatihan ini. Ia menyampaikan harapan besar bahwa kerja sama produktif antara Indonesia dan Australia akan terus berlanjut, serta membawa manfaat signifikan bagi perkembangan sektor pertanian Indonesia. Dengan adanya pelatihan ini, Indonesia semakin siap mengimplementasikan standar karantina internasional yang akan membuka peluang ekspor yang lebih luas bagi buah-buahan tropis unggulannya.

Turut hadir mendampingi, Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Bambang, menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas regulator melalui pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat sistem karantina tumbuhan di Indonesia. "Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan standar perlakuan karantina tumbuhan, termasuk penerapan iradiasi, guna memastikan bahwa produk hortikultura Indonesia memenuhi persyaratan pasar internasional. Dengan adanya pelatihan ini, kami optimis bahwa ekspor buah-buahan tropis Indonesia ke Australia dan negara lainnya akan semakin berkembang," ujarnya.

Indonesia dan Australia Perkuat Kolaborasi dalam Regulasi Iradiasi untuk Ekspor Hortikultura