Bandung–Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M. Panggabean menegaskan pentingnya evaluasi kinerja yang objektif dan pengelolaan anggaran yang akuntabel. Ia juga menjelaskan konsep preborder masih menjadi prioritas strategis tahun 2026. Hal tersebut disampaikan dalam pembukaan Rapat Evaluasi Kinerja tahun 2025 dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2026 pada Selasa (16/12).

Dalam arahannya, Sahat menyampaikan bahwa evaluasi kinerja tidak boleh dimaknai sekadar sebagai kewajiban administratif, melainkan harus menjadi instrumen manajerial untuk memperbaiki kualitas kebijakan, program, dan kegiatan.

“Kegiatan dan anggaran harus benar-benar selaras. Setiap penggunaan anggaran harus mampu menjawab target kinerja serta memberikan kontribusi nyata terhadap output dan outcome organisasi,” kata Sahat.

Selain itu, ia menyatakan bahwa perencanaan kegiatan dan anggaran tahun 2026 harus benar-benar sejalan dengan mandat Barantin. “Tahun 2026, saya tetapkan sebagai tahun percepatan pelaksanaan seluruh mandat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019.” lanjut Sahat.

Fokus utama diarahkan pada penguatan laboratorium karantina secara menyeluruh, integrasi instalasi karantina, dan penyelesaian permasalahan aset secara tuntas dan berkelanjutan, serta transformasi digital layanan karantina. Aplikasi Barantin harus benar-benar menjadi tulang punggung tata kelola modern dan layanan publik yang transparan, efektif, dan efisien.

Selain itu, Sahat juga menegaskan konsep preborder sebagai prioritas strategis tahun 2026. “Perencanaan dan penganggarannya harus disiapkan secara matang dan komprehensif untuk memperkuat ketertelusuran dan sistem pengawasan karantina sejak sebelum pemasukan,” sambungnya.

Dalam kegiatan ini, seluruh unit kerja Pusat dan koordinator unit pelaksana teknis dari Aceh sampai Papua turut menyampaikan paparan berisi capaian, kendala yang dihadapi, dan rencana aksi untuk tahun berikutnya. Kegiatan dilaksanakan dua hari, yakni 16-17 Desember 2025.

Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan kontribusi Barantin terhadap perekonomian daerah. Karantina Sulawesi Selatan tercatat berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi daerah sebesar 3,37 persen pada Triwulan III, sementara Karantina Bali berkontribusi 0,29 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Bali secara kuartal ke kuartal (q-to-q). Pada 2026, perhitungan kontribusi ekonomi ditargetkan dapat dilaksanakan di seluruh unit pelaksana teknis karantina.

Kepala Barantin Tegaskan Akuntabilitas Anggaran dan Penguatan Sistem Preborder