Permintaan Ekspor Jamur Susu Harimau asal Banten Meningkat, Kementan Beri Apresiasi

Foto Berita

Banten – Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali mengapresiasi pelaku usaha sub sektor hortikultura berupa jamur susu harimau yang telah berhasil meningkatkan volume ekspornya di  pasar global.

Sebanyak  2,375 ton senilai Rp 178 juta  dengan tujuan ekspor Vietnam dilepas  melalui Bandar Udara Soekarno Hatta.

"Ini instruksi Menteri Pertanian bagi seluruh jajaran di Kementan, untuk memberikan layanan cepat,” kata  Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil, saat lakukan  monitoring layanan di kantor Karantina Pertanian Soekarno Hatta di Tangerang, Banten, Jumat (4/10).  
Menurut Jamil, sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor, pihaknya memberikan jaminan kesehatan dan keamanan produk pertanian berupa Surat Kesehatan baik bagi tumbuhan dan hewan. Guna mempercepat proses bisnis ekspornya, rangkaian tindakan pemeriksaan karantina dilakukan di gudang pemilik. 

Selain untuk mempercepat waktu arus barang saat di pengiriman, pemeriksaan dapat lebih efektif dan akurat karena dilakukan sebelum produk di kemas."Jadi saat tiba di bandar udara atau pelabuhan laut, komoditas yang diekspor dapat langsung diberangkatkan," tambahnya.

 

Permintaan Jamur Susu Harimau Meningkat 5 Kali Lipat
Kepala Karantina Pertanian Soekarno Hatta, Imam Jayadi memaparkan data dari IQFast (Indonesia Quarantine Full Automation System), bahwa selama periode Januari hingga Agustus 2019 tercatat sebanyak 31 kali pengiriman jamur susu harimau dengan volume 34,5 ton diekspor ke empat negara. Masing-masing adalah  Hongkong, Vietnam, Malaysia, dan Cina dengan nilai ekonomi mencapai Rp 2,4 miliar. 

Sementara pada periode yang sama di tahun  2018,  komoditas ini diekspor dengan volume 5,502 ton atau setara dengan Rp 385,1 juta dengan tujuan 4 negara yang sama. Meningkat lebih dari 5 kali, tambah Imam.

Menurut Reza, pemilik barang dari PT Bumi Indo Nusantara Abadi di negara tujuan jamur susu harimau digunakan sebagai bahan dasar obat seperti obat batuk, asma, keracunan tinggi, tukak lambung hingga kanker hati.


Inovasi Layanan Karantina Pertanian Soekano Hatta 
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan ekspor terhadap beberapa komoditas pertanian lainnya dengan total volume 2,425 ton senilai Rp. 2,553 milyar. Masing-masing berupa 40 kg (6 box) sarang burung walet (SBW) senilai Rp 1,05 miliar tujuan Cina dan ular jali diekspor sebanyak 1000 ekor (42 box) atau senilai Rp 70 juta dengan tujuan negara yang sama, Cina. Selain itu, sebanyak 45680 vial dan botol (364 carton) atau setara dengan Rp 1,225 miliar diekspor ke Pakistan. 

Sementara itu, Imam juga menjelaskan bahwa ia dan jajarannya terus lakukan upaya terobosan dan inovasi layanan guna mendukung akselerasi ekspor produk pertanian yang melalui wilayah kerjanya. Salah satunya adalah fasilitas Quarantine Corner. Layanan ini merupakan  terobosan dalam memberikan informasi terkait layanan karantina untuk mempercepat arus barang. 

Kepala  Barantan berharap dengan adanya  fasilaitas masyarakat tidak hanya mengerti namun bisa mengambil bagian terutama untuk menjadi eksportir diberbagai bidang atau sektor pertanian. "Kita punya banyak program dan inovasi, ada Agro Gemilang, sistem in Line Inspection, e-cert dan lain-lain, silahkan itu dimanfaatkan dan dioptimalkan," pungkas Jamil.

Narasumber:

  1. Ir. Ali Jamil, MP., Ph.D – Kepala Badan Karantina Pertanian
  2. Imam Djayadi, SP., MM – Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta