Primadona Baru, Ekspor Kolang Kaling Asal Jabar Laris di Pasar Global

Foto Berita

Bandung -- Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian lepas ekspor komoditas kolang kaling dengan volume sebanyak 18,72 ton yang setara dengan Rp 187,2 juta tujuan Filipina. Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengaku ekspor komoditas kolang kaling ini terbilang baru dan cukup melejit di pasar Asia Tenggara. "Alhamdulillah tahun 2019 ini, bermunculan komoditas unggulan baru untuk diekspor ke pasar mancanegara, kolang kaling adalah salah satunya yang mewarnai ekspor kita," ujarnya saat lepas ekspor di Desa Margahurip, Kec. Banjaran, Kab. Bandung (6/8).

Jamil menuturkan bahwa saat ini kolang kaling telah menjadi komoditas ekspor di Asia, Eropa, Belanda, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Hongkong, Arab Saudi, HongKong, dan Philipina. Di Indonesia sendiri daerah penghasil kolang kaling tersebar di Tapanuli Selatan; Sipirok; Simalungun; Cipongkor Bandung Barat; Tondangow, Tomohon (Sulawesi Utara); Langkat (Sumatera Utara); Kampung Cisongok Kec Kadudampit Kab Sukabumi; Kampung Cigintung, Desa Margawati, Kec Garut kota; Pematang Raya; Desa Tanjung Sari, Tasikmalaya; Binjai, Sumatera; Tarutung, Sidamanik dan Siantar; Sidikalang, Parbuluan, Sumbul, Sitinjo dan Silima Pungga-Pungga.

Pada saat yang bersamaan juga dilakukan ekspor kopi dengan volume ekspor sebanyak 18,03 ton atau setara dengan Rp 883,47 juta tujuan Australia dan ekspor cokelat bubuk ke Bangladesh sebanyak 17 ton dengan nilai ekonomi Rp 138,04 juta. Selain itu, diekspor juga buncis dan selada air dengan volume masing - masing 1 ton dengan nilai ekonomi Rp 31,50 juta.

"Dengan nilai jual yang tinggi ini, semoga membuat para petani Jawa Barat semakin tergerak untuk ikut melakukan ekspor komoditasnya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kami berikan kepada para petani yang sudah berhasil ekspor," tambah Jamil.

Berdasarkan data IQFAST Karantina Pertanian Bandung, selama kurun waktu Januari s/d Juli 2019, tercatat ekspor kolang kaling mencapai 54,45 ton dengan nilai ekonomi Rp 544,52 juta dengan negara tujuan Filipina. Untuk komoditas ekspor cokelat bubuk tercatat telah diekspor sebanyak 18 ton atau setara dengan Rp 883,47 juta tujuan Bangladesh, ekspor kopi tujuan Australia sebanyak 8,59 ton dengan nilai ekonomi Rp 420,9 juta. Selain itu, buncis tujuan Singapura diekspor sebanyak 85,89 ton dengan nilai ekonomi Rp 2,7 miliar dan ekspor selada air mencapai volume 138,49 ton atau setara dengan Rp 4,36 miliar dengan tujuan negara yang sama.

Kepala Karantina Pertanian Bandung, Iyus Hidayat juga menyampaikan sepanjang 2018 tercatat ekspor kopi tujuan Australia dengan volume 17,34 ton mencapai nilai ekonomi Rp 3,49 miliar, buncis diekspor sebanyak 57,3 ton dengan nilai ekonomi Rp 1,8 miliar dan ekspor selada air dengan volume 46,2 ton atau setara dengan Rp 1,45 miliar yang masing - masing diekspor dengan tujuan negara yang sama yaitu, Singapura.

Jamil juga menambahkan bahwa Badan Karantina Pertanian telah membuat fasilitas E-Draf Phyto sebagai bentuk dukungan nyata untuk mendorong akselerasi ekspor komoditas pertanian. Fasilitas ini merupakan fitur layanan aplikasi PPK Online Badan Karantina Pertanian yang memudahkan pengguna atau eksportir melakukan pengisian secara online dan mandiri. "Kini eksportir dapat mengisi langsung draft sertifikat secara online dan mandiri, yang sebelumnya kita tahu dilakukan secara manual. Dengan begitu, kedepan dapat mempercepat waktu pelayanan dan percepat proses ekspor," pungkasnya.

 

Narasumber:

  1. Ir. Ali Jamil, MP., Ph.D - Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian RI
  2. Ir. Iyus Hidayat, MP - Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung