Jakarta - Badan Karantina Indonesia (Barantin), mengikuti pertemuan the 9^th International Cargo Cooperative Biosecurity Arrangement (ICCBA) dan the 15^th Quarantine Regulators Meeting (QRM), di Manila, Filipina pada tanggal 28 April – 2 Mei 2024.

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Bureau of Plant Industry of the Philippines (BPI) dan Australian Department of Agriculture, Fisheries and Forestry (DAFF), dengan rangkaian kegiatan Industry Day, ICCBA Technical Working Group, ICCBA Steering Committee Meeting, dan QRM.

Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Aprida Cristin, Direktur Manajemen Risiko Karantina Tumbuhan dan Ratih Rahayu, Tim Kerja Tindakan Karantina Tumbuhan Ekspor dan Antar Area memperkenalkan aplikasi monitoring kegiatan fumigasi metil bromida dan fosfin yang dilakukan oleh provider fumigasi yang telah diregistrasi di Barantin sebagai Pihak Lain (aplikasi Fumi-Trust). Inisiatif ini dinilai cukup efektif dan efisien dalam memonitor tingkat kepatuhan provider dalam menerapkan fumigasi standar Badan Karantina Indonesia. Inisiatif ini mendapatkan apresiasi dan minat dari banyak negara yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk berkolaborasi dalam pengembangan dan penggunaan aplikasi Fumi-Trust di negara mereka.

Sebagai salah satu negara inisiator forum ICCBA dan QRM, Indonesia juga mendapatkan apresiasi tinggi dari Australia dan 20 negara anggota ICCBA lainnya, seperti Selandia Baru, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Papua Nugini, Chile, Peru, Fiji, Taiwan, Sri Lanka, dan OIRSA (International Regional Organisation for Plant and Animal Health, yang terdiri dari 9 negara, yaitu Belize, Honduras, Nicaragua, Mexico, Guatemala, Costa Rica, Panama, El Salvador dan Dominican Republic), karena telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan harmonisasi metodologi perlakuan fumigasi metil bromida dan mengimplementasikan metodologi ICCBA tersebut di Indonesia. Pembinaan dan pengawasan yang konsisten dari Badan Karantina Indonesia terhadap kepatuhan provider fumigasi menerapkan metodologi tersebut juga diapresiasi sebagai representasi mapannya regulasi otoritas karantina di Indonesia.

Pertemuan yang dihadiri lebih dari 90 peserta perwakilan dari otoritas karantina tumbuhan di lebih dari 40 negara tersebut juga memaparkan inisiatif yang telah dilakukannya dalam upaya mengelola risiko biosekuriti dalam perdagangan internasional komoditas pertanian, khususnya dalam pengembangan perlakuan karantina tumbuhan (sulfuryl fluoride, ethyl formate, ethanedinitrile, iradiasi), penerapan system approach dalam mengelola risiko biosekuriti, dan pengembangan teknologi monitoring data untuk menentukan prioritas audit.

Barantin akan kembali berpartisipasi aktif dalam forum ICCBA Technical Working Group untuk harmonisasi metodologi perlakuan fumigasi sulfuryl fluoride, ethyl formate, ethanedinitrile, dan standar post treatment storage. qfk

Barantin Dapat Pengakuan ICCBA dan QRM di Filipina