London – Badan Karantina Indonesia (Barantin) sebagai Delegasi Republik Indonesia mengikuti Sidang Marine Environment Protection Committee (MEPC) 82, International Maritime Organization (IMO) di London yang dilaksanakan pada 30 September hingga 4 Oktober 2024.

Pertemuan MEPC 82 yang dipimpin oleh Harry Conway (Liberia) selaku Chair 81 dan Hanqiang Tan (Singapura) selaku Vice-Chair membahas sejumlah agenda utama amandemen perubahan Ballast Water Maintenance Procedures dan Ballast Water testing paramenters and condition.

Desniwaty, Dokter Hewan Karantina Uji Standar sebagai Delegasi Republik Indonesia yang turut hadir pada sidang MEPC 82 di Working Group Ballast Water mengatakan bahwa Barantin memiliki concern yang tinggi terhadap penyebaran mikroorganisme, dan invasive alien species serta food safety pangan asal biota laut.

Menurut Desniwaty diskusi working group ballast water membahas tentang akses Ballast Water Record Book (BWRB) terutama untuk pencatatan Ballast Water Manajemen System dan Plan serta Ballast Water Maintanance Procedure terutama dalam Ballast Water testing procedure dan test condition.

Selain Ballast Water, Sidang MEPC 82 juga membahas tentang strategi penurunan Greenhouse gas (GHG) emissions from ships, Air pollution prevention dengan penggunaan biofuel, serta pengusulan Particularly Sensitive Areas (PSSA) Nusa Penida Islands dan Gili Matra Islands dalam Lombok Strait.

PSSA merupakan salah satu inisiatif yang dikembangkan oleh IMO untuk meningkatkan perlindungan lingkungan maritim, terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan ekologi dan sosio-ekonomi yang rentan dari aktivitas pelayaran internasional. Pentingnya Indonesia untuk menetapkan PSSA Selat Lombok dikarenakan letak geografis Selat Lombok yang sangat strategis.

Dikatakan Desniwaty, Barantin memberikan apresiasi kepada berbagai pihak diantaranya Kementerian Perhubungan dan KBRI London atas kerja kerasnya pada Sidang MEPC 82 sehingga Kawasan konservasi Nusa Penida dan Gili Matra di Selat Lombok berhasil ditetapkan sebagai Kawasan Laut Sensitif atau Particularly Sensitive Sea Area dihadapan negara anggota IMO.

Sesuai dengan arahan kepala Barantin Sahat M. Panggabean bahwa Barantin harus masuk menjadi wakil Indonesia dalam satu komite atau sub komite di International Maritime Organization yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Karantina. Dengan adanya perwakilan tetap dari Indonesia terutama Barantin selain dapat mengangkat nama Indonesia dan eksistensi Barantin di dunia Internasional juga dapat mendukung Global Strategy Badan Karantina Indonesia menjadi World Class Quarantine Institution.

Lebih lanjut Desniwaty menjelaskan Barantin dengan difasilitasi oleh Atase Perhubungan dan KBRI London melakukan pertemuan dengan The Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental Protection (GESAMP) sebagai perkenalan awal untuk membicarakan kemungkinan untuk masuk menjadi anggota dalam GESAMP Ballast Water Working Group. Selain itu melalui Kementerian Perhubungan, Delegasi Republik Indonesia wakil dari Barantin akan didaftarkan sebagai correspondence dalam komite MEPC di IMO.

Turut hadir dalam sidang MEPC 82 antara lain perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), PT.Biro Klasifikasi Indonesia, Kementerian Luar Negeri dan KBRI London serta Teguh Samudro dari Kedeputian Karantina Ikan Barantin secara online.

Barantin Hadiri Sidang IMO MEPC 82 di London