Jakarta - Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Bambang, menegaskan bahwa peluang ekspor komoditas pertanian Indonesia kini semakin terbuka lebar di berbagai negara. Namun, kunci keberhasilan berikutnya terletak pada kemampuan bersama untuk mengeksekusi peluang tersebut dengan tepat, cepat, dan sesuai standar keamanan pangan internasional.

“Peluang pasar sudah di depan mata. Tantangan kita memastikan eksekusi di lapangan berjalan dengan benar dan berkelanjutan,” ujar Bambang dalam rapat koordinasi lintas instansi Program Go Export Quarantine, Rabu (8/10). Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Pangan Nasional.

Go Exsport Quarantine: Akselerasi dan Sinergi

Melalui Program Go Exsport Quarantine, Barantin mendorong percepatan ekspor pertanian nasional dengan memperkuat koordinasi antarinstansi serta pendampingan bagi pelaku usaha. Program ini menjadi wadah bersama untuk memastikan seluruh proses ekspor — dari hulu hingga hilir — berjalan sesuai standar internasional.

Deputi KT menyampaikan bahwa berbagai negara tujuan ekspor seperti Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Amerika Serikat semakin terbuka terhadap produk pertanian Indonesia, khususnya komoditas hortikultura dan tanaman hias. Hal ini tidak lepas dari hasil diplomasi teknis dan upaya pemenuhan standar fitosanitari internasional yang konsisten dilakukan pemerintah.

Namun, ia menekankan bahwa terbukanya akses pasar harus diikuti kesiapan di lapangan. “Mulai dari petani, pembina, hingga eksportir, semua harus memahami standar negara tujuan. Jangan sampai peluang yang sudah dibuka tertutup kembali hanya karena kelalaian teknis atau dokumen,” tegasnya.

Deputi KT mengingatkan bahwa sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2029, setiap produk ekspor pertanian wajib disertai Phytosanitary Certificate (PC) untuk menjamin keamanan dan bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK). Tanggung jawab pejabat karantina, menurutnya, tidak hanya menerbitkan sertifikat, tetapi juga memastikan sistem pengawasan dan pengujian berjalan konsisten.

Perkuat Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

Dalam kesempatan tersebut, Deputi KT menekankan pentingnya memperkuat sistem jaminan mutu dan keamanan pangan sebagai pondasi utama ekspor berkelanjutan. Ia menyoroti perlunya peningkatan kapasitas laboratorium, sinergi riset, dan pembinaan pelaku usaha agar seluruh rantai produksi memenuhi standar internasional.

“Keamanan pangan bukan hanya isu domestik, tetapi menjadi syarat mutlak untuk diterima di pasar global. Kita harus mampu membuktikan bahwa produk Indonesia aman, sehat, dan dapat ditelusuri asal-usulnya,” jelasnya.

Selain itu, Deputi KT juga mengingatkan pentingnya tanggung jawab bersama dalam menjaga kualitas produk hingga sampai ke negara tujuan, terutama untuk pengiriman jarak jauh. Penurunan mutu selama perjalanan harus dicegah melalui pengemasan dan penanganan yang sesuai standar internasional.

Fokus Pada Komoditas Potensial

Deputi KT menyoroti potensi besar ekspor hortikultura dan tanaman hias Indonesia, yang kini banyak diminati di pasar mancanegara. Komoditas seperti nanas, manggis, mangga, alpukat, kelapa, serta tanaman hias menjadi fokus utama percepatan ekspor.

“Wisatawan asing yang pernah datang ke Indonesia sering mencari kembali buah dan tanaman yang mereka kenal di sini. Ini peluang pasar yang nyata dan bernilai tinggi,” katanya.

Untuk mendukung ekspor tersebut, Deputi KT menegaskan pentingnya kerja sama antarinstansi dalam pengawasan dan sertifikasi, mulai dari hulu hingga hilir, termasuk dukungan lembaga riset dan perguruan tinggi dalam menghasilkan kajian ilmiah sebagai dasar diplomasi teknis dengan negara mitra.

Deputi Karantina Tumbuhan Dorong Akselerasi Ekspor dan Penguatan Jaminan Keamanan Pangan Nasional