Siaran Pers Badan Karantina Indonesia

Nomor: 2007/R-Barantin/07.2025
Jakarta, 22 Juli 2025

Jakarta — Badan Karantina Indonesia melalui Deputi Bidang Karantina Ikan mengadakan pertemuan bilateral dengan Delegasi Kedutaan Besar Uruguay. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari surat resmi Kedutaan Uruguay No. NV 57/2025 tertanggal 5 April 2025, yang berisi permintaan courtesy meeting untuk membuka akses pasar produk caviar ke Indonesia.

Delegasi Uruguay dipimpin oleh Duta Besar Uruguay untuk Indonesia, H.E. Cristina González, didampingi oleh Asisten Ekonomi dan Perdagangan, Rina Ervina. Sedangkan pihak Indonesia, hadir pejabat-pejabat tinggi lingkup Deputi Bidang Karantina Ikan, termasuk Deputi Karantina Ikan, Drama Panca Putra, Direktur Manajemen Risiko Karantina Ikan, Direktur Standar Karantina Ikan, dan Direktur Tindakan Karantina Ikan.

Drama mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen kuat untuk membina
hubungan perdagangan yang saling menguntungkan dengan tetap menjunjung tinggi integritas sistem karantina dan keamanan pangan.

“Kami juga mengharapkan pihak Uruguay dapat juga menerima komoditas perikanan kami sehingga kerja sama ini bisa saling menguntungkan dan sustainable,” tambahnya.

Indonesia tercatat mengimpor caviar sebesar USD 248,37 ribu pada tahun 2024 dengan volume 0,53 ton. Negara yang menjadi pemasok utama caviar ke Indonesia yaitu Tiongkok sebesar USD 94,13 ribu (37,9%). Sementara itu, Uruguay belum tercatat sebagai negara pengekspor caviar ke Indonesia hingga saat ini. Namun, pada tahun 2024 Uruguay telah mengekspor caviar senilai USD 1,81 juta, dengan pasar utama ke Amerika Serikat (50,9%), Perancis (17,2%), Australia (11,7%), Swiss (11%), dan Jepang (7,4%).

Dalam catatan perdagangan komoditas ikan dan produk ikan tahun 2022–2024, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Uruguay. Total impor Indonesia dari Uruguay mencapai USD 15,58 juta, didominasi produk perikanan seperti red crab dan king crab (HS 0306). Sementara itu, ekspor Indonesia ke Uruguay mencapai USD 137 ribu, terutama berupa ikan hidup dan fillet ikan (HS 0301 dan 0304).

Melalui pertemuan bilateral ini, Indonesia juga melihat peluang untuk meningkatkan ekspor produk akuakultur bernilai tinggi, seperti tuna, cakalang, udang, cumi - cumi dan rumput laut ke Uruguay, mengingat Uruguay sebagai negara nontradisional bisa menjadi pasar alternatif ekspor.

Dalam pertemuan, Barantin menegaskan bahwa komoditas caviar dengan HS Code 160431 termasuk dalam komoditas wajib periksa karantina sesuai dengan Peraturan Barantin (Perba) No. 5 Tahun 2025. Proses impor juga harus merujuk pada Perba No. 14 Tahun 2024 tentang tindakan karantina dan pengawasan terintegrasi, yang mensyaratkan disertakannya Health Certificate (HC) dari negara asal.

HC yang diajukan oleh otoritas Uruguay melalui surat NV 61/2025 belum sesuai dengan Perba 14/2024. Oleh karena itu, Indonesia meminta agar Uruguay menyesuaikan format HC ekspor sesuai notifikasi SPS WTO No. G/SPS/N/IDN/154.

Deputi Karantina Ikan, Drama Panca Putra menyampaikan bahwa pihaknya terbuka terhadap kerja sama dagang produk kelautan bernilai ekonomi tinggi seperti caviar. Namun, semua pemasukan komoditas harus memenuhi aspek keamanan hayati dan standar karantina Indonesia. Evaluasi teknis dan penyesuaian dokumen ekspor menjadi tahap penting sebelum akses pasar diberikan.

“Badan Karantina Indonesia berkomitmen menjaga keamanan pangan dan kelestarian sumber daya hayati, sembari membuka peluang perdagangan yang patuh terhadap regulasi nasional dan internasional,” ujar Drama Panca Putra, Deputi Karantina Ikan.

Narahubung:
Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Utama Badan Karantina Indonesia

Indonesia - Uruguay Bahas Impor Caviar : Peluang Baru, Regulasi Ketat