Banda Aceh — Badan Karantina Indonesia (Barantin) dan Universitas Syiah Kuala (USK) menjalin kerjasama di bidang pendidikan kekarantinaan. Kolaborasi ini merupakan salah satu langkah Barantin untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan menghadapi tantangan Ketahanan Pangan.

Kepala Barantin, Sahat M Panggabean menyebutkan bahwa ada banyak hama dan penyakit hewan, ikan dan tumbuhan baru yang harus dijelaskan secara ilmiah. Kami mengajak rekan akademisi untuk bersama-sama mempelajari, melakukan research pada hal baru ini.

“Kita catat bersama, setelah Covid 19, merebak lagi PMK, Rabies dan penyakit lain pada ikan dan tumbuhan yang harus kita hadang dan tanggulangi,” kata Sahat saat melakukan penandatangan nota kesepahaman di Gedung Rektorat Universitas Syiah Kuala (USK), Jumat (31/1).

Menurutnya, tanpa dukungan Civitas Academica sangat mustahil Barantin dapat menjalankan tugasnya dalam menjaga kelestarian sumber daya alam hayati pertanian dan perikanan. Perkembangan dan gudangnya ilmu ada di sini, di perguruan tinggi, tambahnya.

Sebagai informasi, di tahun 2024 Badan Karantina Indonesia telah menjalin kerja sama dengan 10 perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia. Dan di tahun 2025, USK menjadi perguruan tinggi perdana yang menjalin kolaborasi penguatan kompetensi SDM, ilmu pengetahuan, teknologi dan riset di bidang kekarantinaan. Dengan kerja sama ini diharapkan penguatan kekarantinaan dalam aspek biosecurity, biosafety, dan biodefense dapat juga terwujud demi ketahanan dan keamanan negara.

"Kebanggaan tersendiri bagi USK karena Barantin merupakan salah satu tempat magang yang diidamkan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan, Perikanan dan Pertanian. Dengan kerja sama ini, tentu akan sangat membantu dan mahasiswa semakin semangat untuk mengikutinya," kata Rektor USK, Prof. Marwan dalam sambutannya pada saat yang sama.

Selain itu, Marwan menyebutkan kesepahaman ini dilakukan untuk mendukung program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Kementerian Pendidikan Tinggi, yang salah satunya memfasilitasi mahasiswa untuk magang di Kementerian, Lembaga dan Daerah.

Selain program magang, ruang lingkup nota kesepahaman ini mencakup pertukaran data dan/atau informasi, koordinasi dan sinkronisasi program, peningkatan kapasitas dan dukungan SDM, pemanfaatan sarana dan prasarana penelitian, pengembangan dan pemanfaatan rekacipta, pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama lainnya. Selanjutnya nota kesepahaman ini akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama (PKS) dan perjanjian implementasi (‘implementation agreement’, IA) dalam waktu dekat.

Kepala Barantin menyebutkan saat ini pihaknya memiliki 40 doktor, dan ke depan akan diarahkan untuk melakukan riset spesifik. Untuk itu kerja sama dengan PTN sangat penting.“Jangan sampai kita dilemahkan oleh negara lain dengan ancaman bioterorism, apalagi pesisir barat di Aceh merupakan lokasi rawan. Jadi riset kekarantinaan akan fokus pada ketahanan pangan dan negara,” tutup Sahat

Kegiatan ini turut dihadiri Kepala PPSDM Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Dian Seri Rezeki Kusumastuti, Kepala Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Utara, N. Prayatno Ginting, dan Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Aceh, Muhammad Burlian.(*

Narahubung
Kepala Biro Hukum dan Humas, Sekretariat Badan Karantina Indonesia

Kolaborasi Ilmiah Barantin - USK Hadapi Tantangan