Bandung - Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sahat M. Panggabean menilai bahwa penguatan laboratorium penting dalam pelaksanaan tindakan karantina di Indonesia. Menurutnya ujung tombak karantina adalah laboratorium, untuk memastikan kesehatan komoditas pertanian dan perikanan yang dilalulintaskan. Hal demikian Sahat sampaikan saat membuka Seminar Penguatan Laboratorium untuk Optimalisasi Tindakan Karantina Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Jawa Barat.

"Rohnya karantina itu, ujung tombaknya, senjatanya itu adalah laboratorium. Kita nggak bisa ngomong apa-apa kalau laboratoriumnya segitu-gitu saja, sementara yang harus dihadapi adalah penyakit terus berkembang dan semakin banyak," ujar Kepala Barantin Sahat di Bandung, Jumat (29/11).

Menurut Sahat, laboratorium sangat penting dalam perdagangan global untuk mendukung kebijakan nasional. Misalnya, beliau mengatakan pemasukan sapi dari negara yang potensi risiko penyakitnya tinggi, laboratorium Karantina harus mampu mendeteksi dini untuk mencegah pemasukan penyakit ke wilayah Indonesia.

"Saya ingin laboratorium kita (karantina) itu sama posisinya dengan negara maju, seperti Amerika, Eropa, Tiongkok, Selandia Baru, dan Australia. Saya ingin equal (sama) posisinya. Kami selalu berkoordinasi dengan Australia dan Tiongkok, supaya level kita sejajar," harap Sahat.

Layanan laboratorium karantina, Sahat menambahkan harus memiliki Service Level Agreement (SLA) atau janji layanan dengan hitungan jam, sehingga dapat mempercepat layanan karantina. Hal demikian menurutnya yang dibutuhkan oleh pelaku usaha. Dengan begitu, Sahat berharap layanan karantina dapat optimal dan prima.

Karantina Penting untuk Menjaga Nutrisi Pangan

Dalam kesempatan yang sama salah satu narasumber, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) Prof. R. Wasito mengatakan bahwa peran Karantina tidak hanya sebatas menjamin kesehatan komoditas, tetapi juga untuk menjaga kandungan nutrisinya. Oleh karenanya, penguatan laboratorium karantina ini sangat penting.

"Saya sependapat dengan Kepala Barantin Doktor Sahat, bahwa layanan laboratorium itu harus cepat, tepat, dan akurat. Hewan yang tampak sehat tetapi ternyata di dalam tubuhnya terdapat virus, dipastikan kandungan proteinnya (nutrisi) sudah berkurang. Karantina ini penting untuk menjaga nutrisi pangan. Penting untuk mendukung program makanan bergizi gratis," jelas Prof. R. Wasito.

Wasito yang memaparkan materi berjudul “Stunting and Barantin: How Solve It” menambahkan, bila kandungan nutrisi tidak ada maka dapat berdampak terhadap pada stunting, gangguan pertumbuhan anak karena kekurangan gizi. Menurutnya hal demikian menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi. Beliau mencontohkan telur yang terpapar virus flu burung (Avian Influenza), maka kandungan proteinnya sudah berkurang atau tidak ada, sehingga dampaknya jumlah konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan protein dari telur harus lebih banyak.

Demi memperkuat laboratorium, Karantina dapat memanfaatkan biosensor untuk mendeteksi hama dan penyakit dalam tindakan karantina. Hal demikian disampaikan oleh narasumber lainnya, Guru Besar sekaligus Dekan FMIPA UGM Prof. Kuwat Triyana. Penelitian biosensor, Kuwat menjelaskan sudah berlangsung beberapa tahun terakhir yang dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana yang berasal dari Badan Karantina Pertanian (Barantan Kementan).

Selain itu, Kuwat menekankan perlu kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat laboratorium Karantina. “Bentuk kolaborasi bukan lagi multidisipliner, tetapi harus transdisipliner, sehingga semua pihak terlibat berdasarkan perannya masing-masing,” ujar penemu GeNose C19 saat memaparkan materi berjudul Pengembangan Biosensor untuk Diaplikasikan di Bidang Karantina.

Sebagai informasi, penguatan laboratorium ini merupakan salah satu program prioritas Kepala Barantin Sahat. Dua program lainnya, yaitu pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan digitalisasi layanan. Sebelumnya, Barantin mendapatkan dukungan dari Komisi IV DPR RI untuk usulan penambahan anggaran tahun 2025, salah satunya untuk revitalisasi laboratorium.

Turut hadir dalam seminar tersebut Kepala Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BBKHIT) DKI Jakarta Amir Hasanuddin, Plt. Kepala Balai Besar Uji Standar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BBUSKHIT) Risma S., Kepala BKHIT Jawa Barat Ahmad Rizal Nasution, Kepala BKHIT Sumatera Selatan Kostan Manalu, Kepala BKHIT Kepulauan Riau Herwintarti, Kepala BKHIT Kepulauan Bangka Belitung Hasim, beserta fungsional tertentu (teknis).

Sahat: Ujung Tombaknya Karantina Adalah Laboratorium