Jakarta - Peluang ekspor produk pertanian Indonesia semakin terbuka ke berbagai negara. Terkini, akses pasar tanaman hias Indonesia menuju Cile selangkah lagi akan terealisasi. Pada tahun 2024, Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Deputi Bidang Karantina Tumbuhan secara resmi mengajukan akses pasar tanaman hias ke Cile.

Prosesnya terbilang cepat, saat ini tanaman hias lidah mertua, Sansiviera , dari Indonesia telah terbuka. Sementara jenis-jenis tanaman hias lainnya akan segera menyusul. Indonesia dan Cile telah menjalin kerja sama perdagangan dalam enam dekade terakhir.

"Indonesia telah memiliki pasar tanaman hias di berbagai negara. Saat ini kita rutin mengekspor tanaman hias ke Eropa, Asia, Amerika Utara, bahkan Afrika. Tentunya kami Barantin tidak berpuas diri, peluang ekspor di negara baru selalu kami jajaki. Cile merupakan negara Amerika Latin pertama yang kita peroleh akses pasarnya untuk tanaman hias. Ke depan akan kita jajaki peluang ekspor ke negara lain," ujar Bambang, Deputi Bidang Karantina Tumbuhan di Jakarta, Senin (03/10).

Bambang menyampaikan bahwa sebagai negara mitra, Cile berkomitmen untuk memfasilitasi perdagangan tanaman hias dari Indonesia. Saat ini akses pasar untuk Sansiviera telah terbuka, sedangkan untuk tanaman hias lain seperti Echeverria sp ., Agave sp ., dan Hartowia sp . akan segera menyusul. Cile juga akan memberikan izin impor khusus, sambil menunggu finalisasi regulasi di Cile yang direncanakan akan selesai dalam tiga bulan ke depan. Dengan demikian Indonesia dapat segera mengekspor tanaman sukulen ke Cile.

"Rapat teknis kedua negara telah dilaksanakan. Kabar gembiranya akses pasar tanaman hias kita ke Cile telah terbuka. Tantangannya memastikan ekspor berjalan benar dan berkelanjutan. Ke depan, kami akan memberikan pendampingan untuk pemenuhan standar negara tujuan, agar akses pasar tidak tertutup karena kelalaian teknis," imbuh Bambang.

Bambang menjelaskan bahwa Deputi Bidang Karantina Tumbuhan memiliki program "Go Export Quarantine" yang salah satu tujuannya adalah untuk menjamin keterterimaan produk pertanian Indonesia di pasar luar negeri. Melalui program ini, Barantin berkolaborasi dengan kementerian lembaga terkait dalam rangka peningkatan ekspor komoditas pertanian serta pemenuhan persyaratan ekspor di negara tujuan.

Bambang menuturkan bahwa kerja sama dua negara dapat dipererat melalui pertukaran akses pasar. Dengan terbukanya akses pasar Cile, tanaman hias Indonesia akan semakin dikenal luas di pasar internasional. Peningkatan akses perdagangan tanaman hias tidak dipungkiri dapat memberikan keuntungan bagi sektor lainnya.

Dalam rapat teknis yang telah digelar antara kedua negara beberapa waktu lalu, selain membahas akses pasar tanaman hias, pihak Cile juga mengajukan akses pasar buah jeruk ke Indonesia. Dalam permohonan tersebut, Cile mengajukan penetapan area bebas hama lalat buah untuk komoditas jeruk yang akan diekspor ke Indonesia.

"Permohonan akses pasar jeruk dari Cile masih kami kaji, status area bebas hama lalat buah bukan perkara yang mudah untuk diberikan. Penilaiannya harus komprehensif, karena menyangkut keamanan jeruk yang akan masuk ke pasar Indonesia. Sekali keliru, efeknya tidak main-main. Ancaman besar bagi buah-buahan tropis kita," tegas Bambang.

Tandai Hubungan Enam Dekade, Lidah Mertua Siap Tembus Pasar Cile