Dongkrak Ekspor, Mentan Luncurkan Aplikasi Peta Potensi Ekspor Komoditas Pertanian

Foto Berita

Makassar – Dalam rangka mendorong pertumbuhan dan akselerasi ekspor produk pertanian ditiap propinsi se-Indonesia, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali meluncurkan inovasi berbasis aplikasi. I-MACE (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports) atau Peta Komoditas Ekspor Pertanian Indonesia merupakan aplikasi berisi informasi kegiatan ekspor komoditas pertanian di Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian seluruh Indonesia.

Tujuan dari aplikasi ini agar dapat digunakan Pemerintah Propinsi dalam pembangunan pertanian serta mendorong pertumbuhan komoditas pertanian berorientasi ekspor. "Dengan informasi dari I-MACE selain dapat dijadikan landasan kebijakan pembangunan pertanian di tiap propinsi, khususnya di sentra-sentra komoditas ekspor, diharapkan juga dapat digunakan untuk mengkaji potensi ekspor dan menyediakan pelaku usaha serta regulasi yang berpihak pada pengembangan agribisnis setempat" ujar Amran Sulaiman, Menteri Pertanian RI saat melepas ekspor 238.979 ton lada biji tujuan Vietnam dan Malaysia di Kawasan Industri Makassar (13/3).

Amran menjelaskan bahwa pemerintah propinsi dapat melihat potensi ekspor di propinsinya dan akan termotivasi untuk mencari jalan agar komoditas di propinsinya bisa tembus pasar ekspor. "Misalnya saja seperti sarang burung walet (sbw), berdasarkan data Karantina Makassar di tahun 2018 ada 80.971 ton (sbw) yang keluar dari Sulawesi Selatan ke beberapa propinsi yang sebenarnya itu menjadi bahan baku komoditas ekspor di propinsi lain. Nah, ini kesempatan bagi pemerintah propinsi Sulawesi Selatan untuk mencari terobosan agar ekspor sarang burung walet dapat keluar langsung dari Makassar, tentu ini akan mengungkit pendapatan daerah bukan" ungkapnya.

“Kementerian Pertanian menginjak gas penuh untuk mengakselerasi ekspor komoditas pertanian. Melalui program AgroGemilang yang dimotori oleh Badan Karantina Pertanian, seluruh provinsi di Indonesia ditargetkan mampu mengekspor komoditas unggulan mereka masing-masing”, terang Amran.

Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, menyebutkan frekuensi aktivitas ekspor di tahun 2018 yang tercatat di Karantina Makassar sebanyak 3.206 kali penerbitan Phitosanitary Certificate dengan volume 412.924 Ton. Pada trimester pertama di tahun 2019 frekuensi ekspor telah mencapai 474 kali sebesar 138.737 Ton. “Baru 3 bulan tapi sudah mencapai 30% dari total volume ekspor di tahun 2018, sangat berpotensi untuk bisa menargetkan peningkatan 200%” kata Ali Jamil dengan optimis.

Ali Jamil juga menambahkan bahwa bagi masyarakat Sulawesi Selatan yang ingin menjadi eksportir, produsen produk pertanian namun tidak memiliki pasar, atau pihak yang membutuhkan bimbingan untuk memenuhi persyaratan teknis negara tujuan, Kementerian Pertanian melalui Barantan akan selalu siap mendampingi dan memfasilitasinya melalui program AgroGemilang.

Ali Jamil juga menerangkan nilai ekspor Sulawesi Selatan di bulan Maret mencapai Rp 852 miliar dengan total volume 6.485 ton yang terdiri dari buah pisang, manggis, markisa, kacang mede, kulit ari mede, minyak kulit mede, kakao biji, kakao pasta, vanili kering, lada biji, ampas sawit, cengkeh, cincau hitam, kacang hijau, kayu manis, dedak gandum, gandum pelet, porang dan rumput laut.

Pelepasan ekspor kali ini sangat istimewa karena selain dihadiri oleh Menteri Pertanian dan Gubernur Sulsel, juga dihadiri oleh 14 bupati dan walikota lingkup Provinsi Sulawesi Selatan serta Kepala Dinas Pertanian se-Sulsel.

“Salah satu cara meningkatkan neraca perdagangan Indonesia adalah dengan menggenjot ekspor pada sektor nonmigas, di antaranya produk pertanian. Provinsi Sulawesi Selatan siap berkontribusi maksimal untuk mewujudkan hal ini. Semua unsur dilibatkan, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta, maupun masyarakat umum, semua bahu-membahu demi kesuksesan bersama”, ungkap Gubernur Sulsel, M. Nurdin Abdullah.

Narasumber :
1. Menteri Pertanian, Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman, MP
2. Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Ali Jamil, Phd,


Biro Humas dan Informasi Publik
Kementerian Pertanian