Hadapi Kekeringan di Jawa Barat, Kementan Terapkan Teknologi PAT-BO

Foto Berita

Ciamis (14/8) - Bersama dengan kelompok tani Saluyu di desa Pasir Tamiang, kecamatan Haurbekti, kabupaten Ciamis, Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini selaku Ketua Penanggung Upaya Khusus Swasembada Padi Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Provinsi Jawa Barat lakukan panen diatas lahan 110 ha. “Kita mengapresiasi upaya petani di Ciamis yang terus bersemangat dalam bertani, habis panen ini, kita lanjut tanam serentak,” kata Banun.

Seiring dengan siklus tahunan, yakni musim kering yang bakal dihadapi oleh insan pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan langkah strategis untuk mengantisipasinya. Puncak musim kemarau yang berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi pada bulan Agustus dan September 2018. Sejumlah langkah antisipatif dilakukan Kementan dan diyakini akan mampu menjaga produksi pertanian, khususnya padi jelas Banun.

Banun menambahkan sesuai dengan instruksi Menteri Pertanian, Amran Sulaeman dimana seluruh pejabat Kementan untuk turun ke lapangan dan membantu langsung di lahan sawah petani, ia yang menjadi penanggung jawab tim Upsus Pajale Provinsi Jawa Barat semenjak awal fokus mempertahankan pertanaman diatas luas baku tanam 913.976 ha di seluruh propinsi Jawa Barat.

Sejumlah langkah komprehensif sudah dilakukan, antara lain: melakukan percepatan tanam pada daerah yang belum mengalami kekeringan, penggunaan bibit padi khusus untuk lahan kering, serta penerapan teknologi dan mekanisasi untuk penyediaan air. “Teknologi Inovasi Patbo akan kami sebarluaskan terutama saat musim kering. Ini merupakan paket teknologi pertanian yang berbasis manajemen air dan penggunaan bahan organik,” papar Banun.

Dengan sosialisasi yang digelar dipelbagai lokasi dan kepada seluruh pemangku kepentingan disetiap daerah, diharapkan dapat menjadikan musim kering ini menjadi peluang dan kesempatan. “Musim kering kali ini berbeda, walau berat tapi kali ini kami terbantu dengan banyak informasi,” kata Dimyati, ketua gapoktan Saluyu II, desa Pasir Tamiyang, Ciamis.

Banun juga memberi semangat kepada gapoktak Saluyu bahwa musim kekeringan seharusnya tidak selalu dipandang sebagai sesuatu yang buruk. Menurutnya, justru banyak peluang dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jika dikelola dengan baik.

Wasdi Isuddin, Asisten Dua Daerah Kabupaten Ciamis, Wasdi Isuddin mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi upaya penyebaran informasi teknologi yang diberikan Kementan di wilayahnya. “Saya berharap petani di Ciamis dapat lebih optimis hadapi musim kemarau,” katanya. Kita manfaatkan semaksimal mungkin karena hasil panen lebih bagus, hama lebih sedikit, sinar matahari cukup baik untuk fotosintesis, dan kualitas gabah lebih baik, harap Wasdi optimis.

Tim Upsus Provinsi Jawa Barat juga terus memperbaharui data luas pertanaman tiap bulan bahkan tiap minggu agar dapat menyiapkan langkah antisipatif yang tepat dan akurat. Dari 35.496 ha luas pertanaman kabupaten Ciamis, terdapat kenaikan target tanam dari 4.948.849 ha bulan Agustus menjadi 6.128.294 ha di bulan September 2018.

Dibeberapa wilayah, menurut BMKG mengalami kemunduran akibat musim kemarau, sehingga angka peningkatan luasan menjadi penting. “Kementan berkomitmen melakukan percepatan tanam padi di beberapa wilayah, terutama yang masih bisa memanfaatkan hujan,” tegas Banun.

Penerapan Teknologi Pat-Bo

Di 6 kabupaten wilayah upsus propinsi Jabar telah dan sedang menerapkan teknologi inovasi Patbo yakni : Majalengka, Subang, Sukabumi, Bekasi, Garut dan Cianjur sehingga lebih siap hadapi musim kering tahun 201&.

“Ini merupakan langkah untuk memanfaatkan hasil inovasi pertanian yang cocok untuk dilakukan pada musim kering,” jelas Banun.

Salah satu contoh pertanaman lahan kering yang sudah dimulai adalah di lokasi petani binaan, di Kabupaten Majalengka dan di tahun 2017 telah mampu menaikan provitas sebesar 2 ton/ha dari hasil rata-rata yang dihasilkan.

Tim upsus Jabar terus mendorong petani untuk menggunakan bibit unggul khusus lahan kering yakni Inpari 32, 33 dan jenis padi gogo, Inpago. “Inti dari teknologi Patbo adalah, budidaya padi dengan manajemen hemat air dan memanfaatkan bahan-bahan disekitar petani, yang organik,” kata Nassaruddin, penanggung jawab Upsus Jabar Kabupaten Ciamis.

Selain benih khusus lahan kering, jajaran tim upsus juga mengerahkan babinsa, dinas pertanian, kodim, tim upaya khusus (upsus), dan Kantor Cabang Dinas (KCD) juga mendorong penerapan teknologi adaptasi untuk menanggulangi dampak kekeringan, di antaranya adalah penerapan Biopori dan Sumur Suntik. Pembuatan lubang bipori selain untuk mengantisipasi terjadinya banjir dengan membuat air hujan cepat meresap ke dalam tanah, juga membuat tanah tidak cepat kehilangan air pada saat musim kemarau. Selain
memaksimalkan pemanfaatan sungai, embung, dan waduk yang masih banyak debit air dan bisa dilakukan pompanisasi.

Tim Upsus terus melakukan koordinasi massif di setiap kabupaten di Jawa Barat agar langkah antisipatif dapat berjalan maksimal, sesuai dengan instruksi Mentan, pungkas Banun

Narasumber : Banun Harpini, Kepala Badan Karantina Pertanian selaku Ketua Penanggungjawab Upsus Provinsi Jawa Barat

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Dr. Nassarudin - Tim Upsus Prov Jabar (mobile phone : +62 818-815-945)