Permintaan Meningkat, Ekspor Cabai Jamu Lampung Tembus China dan Afrika

Foto Berita

Bandar Lampung – Permintaan cabai jamu (long paper) asal Provinsi Lampung makin meningkat di pasar dunia. Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Lampung mencatat ekspor untuk komoditas sub sector hortikultura ini pada semester 1/2020 meningkat 800% dibandingkan semester 1/2019.

Berdasarkan data pada system IQFAST, sejak Januari – Juli ekspor cabe jamu telah mencapai 405,4 ton dengan nilai Rp. 19,9 milyar, sedangkan pada periode yang sama di tahun 2019 hanya 48 ton senilai Rp. 322,4 juta.

Kepala Karantina Pertanian Lampung, Muh. Jumadh di Bandar Lampung (27/8) menyatakan bahwa selain mengalami peningkatan volume juga ada penambahan negara tujuan yaitu tahun 2019 hanya 7 negara tujuan sedangkan tahun 2020 menjadi 11 negara tujuan.

“Alhamdulillah cukup menggembirakan pengingkatan ekspor cabe jamu ini, dapat menembus Negara China dan benua Afrika. Sebelumnya dari Lampung belum ada ekspor ke China dan tahun ini sebanyak 153 ton dapat dikirim ke China. Untuk Afrika, Djibouti menjadi Negara pengimpor pertama dikirm sebanyak 14 ton. Ekspor ke India pun meningkat dari 27 ton menjadi 131 ton.” ujarnya

“Beberapa Negara yang merupakan pelanggan cabai jamu ini adalah India, Pakistan, Malaysia, Turkey, United Kingdom, Vietnam, Singapura. Tahun ini bertambah Bangladesh, United Arab Emirates, China, Djibouti, Japan, Germany dan Nepal.” tambahnya

“Persyaratan Negara tujuan untuk cabe jamu ini tidak menyebutkan bebas penyakit yang spesifik, cukup dilengkapi dengan phytosanitary certificate (PC) yang diterbitkan oleh karantina pertanian,” tutup Jumadh

Dongkrak Ekspor Pertanian

Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali jamil, secara terpisah mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya alam hayati asli Indonesia yang berpotensi tinggi menjadi komoditas ekspor unggulan seperti halnya cabe jamu.

“Cabe jamu merupakan tumbuhan asli Indonesia yang banyak dihasilkan di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung. Secara nasional pada tahun 2020, komoditas ini telah menyumbang devisa Negara sebesar Rp. 165,6 milyar, meningkat pesat dibandingkan tahun 2019 hanya sebesar Rp. 24,6 milyar”, ujar Jamil.

Jamil menambahkan saat ini baru 3 wilayah yang menjadi penghasil cabe jamu, jika wilayah lain dengan habitat yang cocok ikut mengembangkan komoditas ini, tentunya dapat mendongkrak ekspor. Ini merupakan peluang emas bagi masyarakat.

Jumadh menambahkan dalam mendukung program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks) menteri pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, Karantina Pertanian Lampung melakukan sejumlah upaya meliputi bimbingan teknis bagi para pelaku usaha serta menyiapkan layanan cepat di Pelabuhan.

Narahubung :
drh. Muh. Jumadh, M.Si - Kepala Karantina Pertanian Lampung, Kementerian Pertanian.